This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday 2 November 2013

Ketergantungan



Ada 6 level kecanduan zat adiktif bagi manusia. Level pertama yang paling ringan adalah kecanduan kopi; yang kedua adalah kecanduan marijuana/ganja; yang ketiga adalah kecanduan alkohol; yang keempat adalah kecanduan heroin; yang kelima adalah kecanduan morfin, dan yang paling tinggi levelnya adalah kecanduan nikotin. Jika kalian belajar kesehatan (apalagi seorang dokter); atau punya teman yang mengerti, silahkan konfirmasi hal ini, biar tidak merasa saya apusi/tipu.

Nah, kalau sudah dikonfirmasi, sungguh semua orang harus tahu, kecanduan nikotin (rokok) justeru ada di puncaknya.
Bagi saya, pertanyaan paling menarik, bukan hal2 terkait ini, atau membantahnya; karena jelas orang2 kedokteran lebih paham (dan sama saja sok tahu kalau saya membantahnya); yang menarik adalah, jika demikian adanya, kenapa industri rokok begitu raksasa hari ini? Kalau kita tahu betapa berbahayanya nikotin, kenapa dibiarkan begitu saja?

Maka jawabannya ada dua. Yang pertama, tentu saja karena orang2 yang merokok keberatan dibilang sebagai pencandu. Mereka menuntut merokok dilegalkan, tidak mau disamakan dengan alkohol atau narkoba; Sudah rumus umum, hal2 yang menyenangkan (tapi merusak) seperti rokok ini, tentu banyak peminatnya. Apakah perokok tidak sadar itu merusak? Mereka amat sadar sesadarnya. Kenapa mereka tidak mau berhenti? Inilah yang menjelaskan kenapa kecanduan nikotin duduk dipuncak jawara zat adiktif.

Yang kedua, alasan yang lebih rumit lagi, ini murni bisnis. Industri rokok besar sekali; di Indonesia saja, satu perusahaan rokok bisa untung 10 triliun setiap tahun, itu uang melimpah ruah. Jika sesuatu itu uangnya besar, maka tanpa diminta, banyak orang yang merasa berkepentingan. Saat banyak orang yang merasa berkepentingan, tanpa perlu dibujuk, disuruh, mereka sudah bersedia membela.

Dalam situasi yang sudah terlanjur ini, saya kira, tidak ada gunanya mengurusi orang2 yang sudah merokok. Dan jelas kalian GR deh kalau merasa saya sedang rese dengan kalian yang merokok. Dinasehati atau tidak, sama saja reaksi mereka. Lebih baik fokus kepada yang belum dan tidak akan merokok. Itulah gunanya kampanye tidak merokok ini harus digalang, didukung oleh orang2 yang masih memiliki konsen kepedulian--dan semoga itu termasuk kalian.
Ada berita terbaru yang menakjubkan, dewan kota New York baru saja menyetujui menaikkan usia minimum untuk membeli rokok, dari usia 18 tahun menjadi 21 tahun. Ini keren sekali, di kota paling bebas, di negara paling bebas, regulasi merokok telah beranjak ke level berikutnya. Kota ini tahu sekali biaya dan buruknya kebiasaan merokok, mereka berhitung dengan akal sehat, lantas membuat peraturan yang semakin menyulitkan rokok.

Di negara2 maju, regulasi merokok juga semakin mencekik. Kota2 Australia misalnya, mereka semakin memperbanyak daftar tempat terlarang merokok, tidak bisa seenaknya merokok. Negara2 maju di Eropa juga menaikkan cukai habis2an, rokok jelas bukan barang murah, karena para perokok tahu sekali resiko kena kanker, jantung, dll, jadi mereka pastilah orang kaya. Banyak perusahaan rokok di luar negeri pindah ke negara2 berkembang, karena bisnis di negara mereka lesu dan suram. Indonesia salah-satunya target pasar yang empuk.
Saya sungguh tidak tahu ke arah mana di negeri ini soal rokok, karena faktanya sangat menyedihkan. Sebagian perokok kita datang dari keluarga miskin, yang malah menghabiskan uang mereka utk merokok, bukan utk gizi, atau pendidikan. Mereka berada dalam cekikan bisnis rokok--yang justeru datang dari negara2 maju. Kelas menengah dan orang2 terdidik yg seharusnya berpikir sehat, malah menghabiskan waktu membahas tentang buruh, tenaga kerja, pajak. Lupa tentang fakta paling simpel: kita tidak bisa membenarkan sesuatu hanya karena alasan ekonomi saja.

Semoga masih banyak orang2 yang peduli, yang berani terus konsisten menyuarakan soal rokok ini.
Sekali lagi, saya sedang tidak rese membahas kalian yg sudah merokok; saya sedang mengurus anggota page ini yang masih remaja, merekalah yang sedang saya ajak bicara.




*Tere Liye

Wednesday 30 October 2013

Orang2 mati yang masih hidup


Paling enak kalo baca ini sambil dengerin musik.
sayangnya saya belum bisa ngasi musik dalam blog..
hehehehe...


Ini bukan cerita horor, meski judulnya mirip2 horor. Saya simpel menulis ttg 'keabadian". Ketika jasadnya memang sudah hancur lebuh di dalam tanah, tidak ada lagi yang tersisa, sudah mati ratusan tahun lalu, atau bahkan ribuan tahun lalu, tapi karyanya masih hidup hingga hari ini. Inilah orang2 mati yang masih hidup.

Lampu misalnya, setiap kali melihat lampu bohlam, maka nama Thomas Alva Edison akan terus dikenang. Kalian tahu resleting? Zipper? Mungkin tidak banyak orang yang tahu siapa penemunya, tapi karyanya terus abadi hingga hari ini. Dan itulah menariknya konsep "keabadian" seperti ini, tidak penting namanya yang diingat, tapi karya-nyalah yang terus bermanfaat.
Dan lebih menarik lagi, mari pikirkan, bahwa Raja2 terkenal, saudagar2 terkaya, tidak masuk dalam definisi "keabadian" ini. Bukankah mereka berkuasa? Bukankah mereka kaya raya? Iya benar, tapi orang mengingatnya sebatas catatan sejarah, dia tidak hidup di antara kita. Berbeda sekali dengan lampu, resleting, setiap hari ada di sekitar kita bukan?

Apakah kalian mau jadi orang2 mati yang masih hidup?

Jika iya, maka jangan berkecil hati, tidak hanya penemu yang bisa melakukan ini. Di sebuah kampung, 50 tahun lalu, ada seorang pemuda yang susah payah membangun jaringan pipa dari sebuah gunung hingga ke kampungnya yang tandus. Panjang pipa itu 8 kilometer. Nah, sudah lama pemuda ini meninggal, pipa2 bambu itu sudah diganti berkali2 secara gotong royong oleh masyarakat, tapi pekerjaannya ternyata masih hidup, menyisakan sistem air bersih bagi mereka. Besok lusa, boleh jadi pipa2 bambu itu digantikan oleh mesin air tanah, disedot, atau besok lusa, seluruh kampung tidak sulit lagi mencari air, tapi setidaknya, dia sudah "abadi" lebih lama dibanding usia biologisnya. Setiap kali penduduk melihat pipa bambu itu, sosoknya hidup.
Mengajarkan ilmu bermanfaat, juga adalah pekerjaan "keabadian". Mendidik anak2 kita menjadi anak saleh, pun pekerjaan "keabadian". Tidak kecil nilainya seorang guru SD yang mau repot mengajarkan A, B, C bagi murid2 kelas satunya. Itu pekerjaan penting yang bisa abadi nilainya.
Kalian tahu Bukhari? Imam Syafi'i? Ibnu Taimiyah? Dan banyak guru2 mahsyur lainnya. Terbentang jauh jarak kita dengan mereka, tapi terasa dekat kita dengannya. Melalui apa? Buku2 yang mereka tulis, diwariskan terus menerus. Itu sungguh pekerjaan "keabadian" yang luar biasa. Tidak ada lagi sosok fisiknya, tapi kita masih bisa membaca karya2 mereka, pendapat2 mereka, nasehat2 mereka.
Apakah kalian tertarik mulai memikirkan melakukan pekerjaan "keabadian"? Bergabung kelak menjadi salah-satu orang2 mati yang masih hidup? Jika iya, ayo mulai hari ini. Agar kita bisa membuktikan, sekecil apapun mahkluk di dunia ini, tidak ada yang diciptakan sia-sia.
Karena sungguh, saya harus memberitahu kabar buruknya sekaligus, bahwa sebenarnya, di dunia ini, ada loh, orang2 yang masih hidup, segar-bugar, tapi sebenarnya sudah "mati". Tidak mau memberikan manfaat, tidak mau menjadi jalan kebermanfaatan, malah merusak dan sangat2 merusak. Kematian telah datang padanya meski usia biologisnya belum tamat.

*Tere Liye

FILOSOFI GERAKAN SHOLAT

Assalamualaikum

“Mukmin yang bahagia dalam pandangan Allah Swt. Adalah mukmin yang khusyu‟ dalam melaksanakan sholatnya (al-Mu‟min : 2). Dalam perspektif  ayat lain orang yang khusyu‟ adalah orang yang berkeyakinan akan bertemu dengan Allah Swt. (al-Baqoroh : 46). Secara Substansi syari‟at ibadah sholat mengandung dua nilai. Pertama nilai hubungan manusia sebagai  makhluk dengan Allah Swt. Sebagai Khaliq. Kedua, nilai hubungan kemanusiaan (Muamalah atau Sosial=hubungan antar manusia dengan manusia lainnya”. 
Sholat yang telah Kita lakukan selama ini tentu bukan sekedar kewajiban, namun juga merupakan kebutuhan untuk jiwa kita. Merupakan sarana agar kita dapat menjalin hubungan dengan erat dengan sang Maha Pencipta. Dibalik itu semua, terdapat filosofi yang luar biasa dari gerakan- gerakan sholat yang Kita lakukan sehari- hari.



 Dimulai dari niat yang berarti mempersiapkan hati untuk berkonsentrasi.
Takbir al-Ihram.  Adalah sebuah pengakuan akan kebesaran Allah. Menggambarkan pengumuman ke”sholat”an kita. Visualisasinya seperti ketika ada orang lemah dianiaya dengan cara disiksa atau dipukuli oleh orang kuat maka si lemah mengangkat tangannya menutupi kepala dengan kedua tangannya sambil berkata ”ampun..ampun...ampuun. Ini menunjukkan bahwa : Pertama, mengangkat tangan ketika takbiratul ihram adalah merupakan simbol atau isyarat untuk memohon ampun dari segala dosa dan kesalahan manusia yang lemah kepada Allah Swt yang Maha Besar sambil membaca doa iftitah, terus fatihah dan dilanjutkan dengan membaca salah satu surat dalam al-qur’an yang dianggap mudah.

Kedua, mengangkat tangan juga merupakan kunci pembuka hubungan manusia dengan Allah sebagai Khaliq (Tawajjuh) dan menutup hubungan manusia dengan sesama manusia (Mu‟amalah=sosial), terbukti bahwa setelah takbiratulihram dan kedua tangan disimpan di atas dada, maka orang yang sedang sholat tidak boleh berkata- kata, tidak boleh meludah, tidak boleh tengok kanan atau tengok kiri dan lain sebagainya. Inilah substansi takbir al ihram (takbir yang mengharamkan) artinya setelah takbir ihram tersebut kita diharamkan berbicara, makan, minum dan lain sebagainya karena akan membatalkan sholat itu sendiri.
Meletakkan kedua tangan di atas dada dalam keadaan berdiri. Tangan kiri dipegang oleh tangan kanan. Gerakan ini merupakan isyarat atau simbol dari : Pertama, bahwa posisi kiri merupakan simbol dari kejelekan atau kejahatan (Ahli syimal=Neraka)
sedangkan posisi kanan merupakan simbol dari kebaikan (Ahli Yamin=Syurga). Keadaan seperti ini mengandung makna bahwa kuasailah potensi kejahatan (Al-Fujur) dalam diri kita oleh potensi kebaikan atau ketaqwaan (Al-Taqwa) sehingga menjadi manusia yang tidak lupa kepada Allah SWT.dan menjadi manusia yang berbahagia dunia dan akhirat (QS. Al-Syamsyi : 8-10). Kedua, Posisi berdiri mengandung makna perjalanan hidup (Subul Al-hayat) manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Oleh karena itu hiduplah di jalan kebenaran secara konsekuen dan istiqomah dan jangan hidup di jalan kejahatan atau kesesatan yang hina.(QS. al- Mulk : 2).
Pandangan selalu menunduk

ke tempat sujud. Gerakan tersebut mengandung makna bahwa dalam perjalanan hidup di dunia manusia harus senantiasa ingat akan tanah tempat sujud artinya kematian, sebab kematian merupakan nasihat yang paling efektif bagi manusia yang berakal. Dunia merupakan satu-satunya tempat untuk menebar benih kebaikan. Dan dunia merupakan jembatan untuk menuju akhirat kelak (al-Dunya Majrah al-Akhirah). Walaupun kematian sesuatu yang sangat dibenci dan tidak diinginkan kedatangannya oleh manusia tetapi kematian tetap akan menemuinya jika sudah tiba saatnya.(QS. al-Jum’ah : 8). Kematian datangnya tiba-tiba dan tidak pernah bisa dihalangi dengan apapun juga. Oleh karena itu management kematian mesti diperhitungkan oleh orang yang beriman dan bertaqwa. Orang yang bertaqwa akan menemui kematian dalam keadaan baik (Toyyibiin) sehingga para malaikat pun berkata : silahkan masuk ke dalam syurga dengan sejahtera. Selain itu orang yang jiwanya tenang (Mutmainnah) rohnya akan dipanggil keluar dari jasadnya dengan santun dan penuh kasih sayang serta akan dikumpulkan di syurga dengan roh- roh orang yang sholeh.(QS. al- Fajr : 27-30). Kondisi demikian dilakukan pada posisi berdiri. Berdiri bermakna bahwa otak yang merepresentasikan ego berada di atas hati yang merepresentasikan nurani. Ini adalah fase dimana ego lebih mengendalikan nurani. Contoh hidup manusia pada fase ini adalah fase anak-anak. Diberi gambaran bahwa betapa sulitnya anak kecil berbagi pada sesamanya adalah gambaran betapa anak kecil masih didominasi kesadaran ego dibandingkan kesadaran nurani. Sering ditemui anak kecil yang tidak mau berbagi permen yang dimilikinya pada adiknya sekalipun. Karena takut jatahnya berkurang. Ini adalah fase dimana ego masih berada di atas nurani.


Gerakan berikutnya adalah ruku‟. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa ego dan nurani berada dalam posisi yang sama, sejajar. Fase ini menggambarkan fase kehidupan manusia sebagai seorang remaja. Terkadang antara nurani dan egonya bertentangan. Pernahkah anda merasakan betapa enggannya kita berbagi tempat duduk di bis kota pada seorang ibu tua? Atau enggannya berbagi uang jajan kepada seorang peminta-minta di lampu merah? Dalam hati ada pertentangan. Jika diberi uang kita habis, kalau tidak diberi kok kasihan. Inilah fase yang digambarkan oleh gerakan ruku’. Seringkali pertentangan itu kemudian dimenangkan oleh ego kita. Ketidakstabilan fase ini ditegaskan lagi adanya gerakan berdiri sebelum sujud. Ini menandakan betapa seringkali pertentangan batin ini dimenangkan oleh ego.
Gerakan sujud. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa kini ego berada di bawah nurani. Adalah penggambaran fase kehidupan manusia berada di fase pencerahan. Fase kedewasaan. Cerita hikayat tentang Syaidina Ali bin Abi Thalib. Suatu hari beliau harus membelanjakan uang sebesar 6 dirham ke pasar untuk membeli roti bagi anak-anak beliau. Namun ditengah jalan, beliau bertemu dengan seorang fakir yang sungguh perlu dibantu. Jika beliau masih berada di fase ruku’, tentu bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan beliau. Namun beliau memberikan semua uang itu kepada fakir tersebut dengan ikhlas. “Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadamu.” Demikian doa dari sang fakir tersebut. Saat beliau dalam perjalanan pulang, beliau bertemu dengan seorang sahabat yang sedang berlebihan makanan. Dan beliau kemudian dibagi yang jumlahnya lebih dari jumlah yang bisa dibeli dengan uang 6 dirham. Itulah gambaran fase sujud dari seorang Ali bin Abi Thalib.


Gerakan duduk. Adalah penggambaran dari kepasrahan. Pasrah dan tawakal atas semua keputusan Allah akan dirinya. Betapa bahwa manusia itu sudah dijamin semua kebutuhan hidupnya di dunia.
Dan ucapan  salam ke kanan dan ke kiri. Adalah penggambaran betapa kita kelak akan meninggalkan dunia dengan berpamitan kepada orang-orang terdekat kita. Baik yang di kanan, maupun kiri. Dan memberikan doa, semoga engkau diberi keselamatan. Selain itu ucapan salam ini merupakan simbol kembalinya dibuka hubungan manusia dengan manusia yang telah ditutup dengan gerakan takbiratulihram tadi terbukti setelah kita mengucapkan salam kita diperbolehkan berkomunikasi kembali dengan sesama manusia. Ttetapi tidak menutup hubungan manusia dengan Allah Swt sebab seluruh gerakan dalam sholat tadi setelah diketahui filosofinya harus diwujudkan dalam kontek kehidupan sosial (Innaa sholata tanha ‟anil fakhsyai wal munkari).
Disaat asyik mendengarkan paparan Cak Nur tersebut datanglah pelayan restauran menghidangkan makanan. Maka kami pun berjamaah menyantapnya.
Dari perbincangan tadi jika boleh penulis tarik benang merahnya. Maka tujuan sholat adalah : 1. Supaya manusia menyembah, tunduk dan patuh hanya kepada  Allah Swt  saja. (Laa Ilaaha illa anaa fa‟budnii = Toha : 14) 2. Supaya manusia senantiasa ingat kepada Allah Swt  yang memberi hidup dan kehidupan. (Wa aqiimishsholata lidzikri = Toha : 14). 3. Supaya manusia terhindar dari perbuatan keji dan munkar. (Innashsholata tanha anilfakhsya wal munkar = Al-ankabut : 15). 4. Supaya agama dan kalimah- kalimah Allah tetap tegak dan hidup di muka bumi ini. (Ashsholatu ”Imaduddin = al- Hadits). 5. Pembeda antara seorang Muslim dan seorang kafir (Alfarqu bainal muslimi wal kaafiri tarkushsholati = al-Hadits, Man taroqashsholata zihaaroon faqod kafaro = al-Hadits)

Oleh karena itu, kita harus menjadikan sholat dan doa sebagai senjata. Ada sebuah kepasrahan yang kurang bisa kita maknai pada sholat kita. Dalam ibadah kita. Dan dalam keseharian kita. Terkadang sholat kita tidak berdasarkan kesadaran dan kepasrahan kepada Allah Swt. akan tetapi terkadang seolah ada keterpaksaan dalam melaksanakan
sholat, bahkan yang lebih ironisnya seolah ada keterpaksaan oleh situasi dan kondisi yang yang dianggap menekannya, contoh bila di rumah seolah ada keterpaksaan dari orang tua nya (bisa kita rasakan sewaktu kita kecil), bila di kantor seolah- olah ada keterpaksaan dari pimpinannya. Padahal justru sholat merupakan kebutuhan pokok bagi kita dan kemestian bagi kita, tidak lagi merupakan kewajiban yang terkadang dibayangi oleh keterpaksaan. Pasrah pada keputusan-Nya. Dan percaya bahwa Ia tidak akan memberikan kejadian yang hanya akan menyulitkan kita. Karena hanya Dia yang paling mengerti kita sebagai pencipta kita. Dan hanya Dia yang sudah menyiapkan penyelesaian terbaik untuk kita. Kita pun berpasrah diri pada-Mu. Hanya kepadamu kami mohon pertolongan. Hanya kepadamu kami bermunajat. Dan hanya kepadamu kami minta perlindungan.

Ya Allah. Kami mengadu kepada-Mu. Kami bersujud di hadap-Mu. Dengan segala kesalahan dan dosa kami. Kami mohon ampun kepadaMu.
Demikian semoga catatan ini bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi amal sholeh bagi kita yang bersungguh- sungguh dalam memaknai dan memahami sholat kita dalam kontek kehidupan sosial kita. Aquulu Qauli Haadza Wa Astagfirullaahi Lii Wa Lakum Wassalaamu‟alaikum Wr. Wb.